MEMETIK PELAJARAN HIDUP DARI SENI BUDAYA

 

Resensi Video Ketoprak “Rembulan Kekalang” 

oleh: Kintan Limiansi

untuk mata kuliah Filsafat Penelitian dan Evaluasi pendidikan dengan dosen Prof. Dr. Marsigit., M.A.


Seni pertunjukan ketoprak berjudul “Rembulan Kekalang” ini dipentaskan dalam rangka memperingati Dies Natalis UNY ke-54. Di tengah moderenisasi zaman, langkah epic dan menarik dilakukan UNY untuk menyadarkan mahasiswa (generasi muda) pada pertunjukan seni yang syarat makna dan petuah, yaitu pertunjukan ketoprak. Pagelaran ketoprak ini dapat dilihat melalui chanel Youtube dengan link
https://www.youtube.com/watch?v=7IrOG4tbQ84 dan penggalan singkatnya dapat dilihat pada Youtube Prof. Marsigit dengan link: https://www.youtube.com/watch?v=KypuqjKJWX0&list=PLj24888YUbq2Q8Gf6L9hCWJIYBKofnHHm

Pemeran ketoprak ini adalah Prof. Marsigit sebagai Pangeran Sepuh Purbaya dan Prof. Sutrisna Wibawa berperan sebagai Pangeran Hadi Mataram, didukung oleh dosen-dosen lain sebagai pemain. Pemimpin UNY beserta dosen-dosen memberikan teladan kepada mahasiswa untuk melestarikan budaya dengan terlibat langsung sebagai pemain ketoprak ini. Harapannya mahasiswa yang menyaksikan ketoprak ini dapat menyadari bahwa budaya harus dilestarikan dan dimaknai dalam kehidupan.

Ketoprak Rembulan Kekalang bercerita tentang Pangeran Hadi Mataram yang akan didapuk menggantikan tahta kerajaan Mataram yang semula diduduki oleh Pangeran Sepuh Purbaya. Namun ada pihak lain yang iri dan ingin menjadi penguasa, yaitu patih bernama Tumenggung Pasingsingan. Adik Pangeran Hadi Mataram, yaitu Pangeran Timur jatuh hati dengan anak Tumenggung Pasingsingan, yaitu Rara Mangli. Tumenggung Pasingsingan memanfaatkannya untuk berbuat curang guna merebut tahta sebagai raja di Mataram.

Taktik yang dirancang Tumenggung Pasingsingan adalah Pangeran Timur harus menjadi raja Mataram jika ingin menikah dengan Rara Mangli. Hal ini akan memuluskan jalan Tumenggung Pasingsingan untuk menguasai Mataram. Selanjutnya Pangeran Pasingsingan berencana membunuh Pangeran Hadi Mataram, namun rencananya telah diketahui pihak kerajaan sehingga dia dihukum mati. Walaupun kecewa dan marah karena ayahnya telah meninggal, Rara Mangli tetap meminta Pangeran Timur menjadi raja Mataram.

Pangeran Hadi Mataram memperingatkan Pangeran Timur untuk menyadari kesalahannya dan meminta Pangeran Timur untuk membunuh Rara Mangli. Pangeran Timur meminta maaf dan akan membunuh Rara Mangli, namun diurungkanlah niat tersebut. Karena dibutakan oleh cinta, Pangeran Timur tetap menuruti keinginan Rara Mangli dan akan melakukan pemberontakan, termasuk berani menentang Pangeran Sepuh Purbaya. Pangeran Sepuh Purbaya menasihatkan Pangeran Timur untuk tidak teledor karena memiliki derajat dan pangkat yang tinggi, harus tetap “eling lan waspodo”. Pangeran Timur bahkan berusaha untuk membunuh Pangeran Sepuh Purbaya. Pangeran Timur dibutakan oleh wanita sehingga tidak lagi mau bersatu pihak dengan keluarganya. Pangeran Timur justru mengejar pangkat, tahta, deajat dengan perilaku curang akibat terperdaya oleh wanita. Sikap Pangeran Timur ini tidak dapat menjadi contoh bagi semua orang.

Rara Mangli meratapi nasibnya yang tidak mendapatkan tahta sesuai harapannya, bahkan telah kehilangan ayahnya. Semua rencana untuk berkuasa di Mataram gagal dan hidupnya menjadi kacau. Akhirnya dia memilih untuk mengakhiri hidup.

 Refleksi:

Berdasarkan cerita ketoprak tersebut, dapat dipetih nilai kehidupan bahwa ambisi untuk menguasai tahta, martabat, pangkat, dan derajat yang tinggi namun tidak dengan cara yang bersih dan baik tentu tidak akan terwujud, justru akan menimbulkan masalah sendiri. Berperilaku dan berusaha dengan sekuat tenaga dengan cara yang bersih dan berserah kepada Tuhan tentu akan membuahkan hasil yang baik.

 


 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RESUME BUKU IMMANUEL KANT “The Critique of Pure Reason”

RPP - interaktif - Monokotil & Dikotil