RANGKUMAN PERKULIAHAN FILSAFAT PENELITIAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN PERTEMUAN #3

 

Pertemuan ke : 3 (16 September 2021)

Nama Mahasiswa: Kintan Limiansi

Prodi/Kelas: S3 PEP Angkatan 2021/ Kelas A

NIM :  21701261017

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Marsigit, M.A.

Jadwal kuliah : Kamis pukul 11.10-12.50 WIB


Pada pertemuan ke-3 ini dilakukan Prof. Marsigit memberikan  Luruh Ego 2. Masih sama seperti sebelumnya, Luruh Ego 2 terdiri atas pertanyaan-pertanyaan filsafat dan mahasiswa menjawab secara singkat. Bedanya kali ini pertanyaannya berjumlah banyak, yaitu 41. Pertanyaan-pertanyaan tersebut berupa komponen-komponen dalam filsafat, seperti komponen kualitatif adalah banyak dan semua, komponen mitos adalah tidak ada tesis, tidak ada antithesis, dan tidak ada sintesis. Dari semua jawaban, hanya sedikit saja yang benar, bahkan beberapa mahasiswa tidak ada jawaban yang benar.

Luruh ego semakin menyadarkan saya bahwa filsafat itu belajar pikiran orang lain. Jadi belajar filsafat dapat dilakukan dengan membaca tulisan-tulisan Prof. Marsigit sebagai buah pikiran Beliau. Salah satu sumber bacaan yang selama ini terus update adalah Note of The Day di Facebook Prof. Marsigit. Disana dituliskan catatan-catatan filsafat yang sebenarnya mengandung makna tersirat dari setiap pertanyaan luruh ego.

Pada hari-hari sebelum pertemuan di kelas, saya membaca Note of The Day tersebut selama 1 minggu full. Banyak hal menarik dan pelajaran yang dapat saya petik, antara lain:

  • Satriya piningit artinya belum ada kebencian. Satriya piningit ini merupakan sosok seorang pemimpin yang seharusnya, menjunjung tinggi keadilan, sehingga menciptakan kedamaian bagi yang dipimpin. Karena adil, maka bijaksana sehingga tidak ada kebencian di hatinya maupun di hati yang dipimpin.
  • Pemberontakan itu ibarat ingin menggantikan atap dengan pilar. Pilar adalah tiang, tidak seharusnya posisinya di atas sebagai atap. Jika di atas, maka pilar itu tidak akan berfungsi sebagaimana mestinya lagi. Dan rumah tanpa pilar akan roboh, begitu juga rumah tanpa atap, tidak ada gunanya. Sehingga pemberontakan akan menghancurkan suatu organisasi itu sendiri karena masing-masing bagian tidak yang ingin saling menggantikan tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya. Keegoisan yang mendasarinya.
  • Tidaklah seorang pemimpin tidak pernah dipimpin. Semua pemimpin berawal dari anak buah yang punya pimpinan untuk mengarahkan langkahnya. Belajar dari pemimpinnya, mengambil hal-hal baik yang dapat diteladani dari pimpinanya membuat seseorang tersebut mampu menjadi pemimpin.
  • Kata atau frasa "tidak apa-apa" itu aslinya milik orang tua, digunakan untuk memaafkan orang muda. Jika digunakan oleh anak muda kepada orang tua, terkesan kurang santun.
  • Wujud sopan santun kepada orang tua salah satunya adalah menghargai setiap tindakan atau tutur kata orang tua, mau menerima setiap apa yang disampaikan orang tua walaupun sebenarnya di hati tidak cocok. Orang tua sudah lebih banyak pengalaman hidup jadi sudah seharusnya dihargai.

Dan masih banyak note yang saya baca di facebook. Note-note tersebut memberikan pembelajaran hidup bagi saya, bahwa di dunia ini kita hidup bersama, dengan orang tua, dengan pemimpin, yang masing-masing memiliki peran, fungsi masing-masing, sudah seharusnya kita menghargai setiap orang di sekitar kita dengan pikiran masing-masing.

Pada saat perkuliahan dibahas pula tentang metafisik dan intuisi. Metafisik teridiri atas realitas dan rasionalitas. Hidup ini bermetafisik.

Intuisi merupakan segala sesuatu yang terjadi, yang tidak perlu dideskripsikan.

Untuk lebih memahami secara mendalam tentang filsafat, Prof. Marsigit menugaskan untuk membaca buku Immanuel Kant yang berjudul “The Critique of Pure Reason”.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

RESUME BUKU IMMANUEL KANT “The Critique of Pure Reason”

EVOLUSI SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA

FOSFORILASI TINGKAT SUBSTRAT