RANGKUMAN PERKULIAHAN FILSAFAT PENELITIAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN PERTEMUAN #1

 


Pertemuan ke-1 (Kamis/ 2 September 2021/ pukul 11.10-12.50 WIB)
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Marsigit, M.A.
oleh: Kintan Limiansi (S3 PEP Angkatan 2021/ Kelas A/ 21701261017)

Mata kuliah filsafat ini diampu oleh Prof.Dr. Marsigit, M.A. Beberapa poin penting yang dapat saya peroleh dan ketahui pada perkuliahan pertama ini yaitu:

  • Metode perkuliahan ini adalah pemberian tugas. Tujuannya agar lebih meaningfull, mahasiswa aktif dalam berpikir mengerjakan tugas sehingga dapat membentuk pengetahuan dan konsep yang melekat dalam pikiran.
  • Semua tugas dikirimkan secara pribadi (japri) melalui WhatsApp (WA) ke nomor Prof Marsigit dengan file berbentuk PDF dan diberi identitas yang mengandung unsur nama Prof Marsigit, ada nama mahasiswa, ada hari tanggal, dan tahun, ada identitas mata kuliah dan kelas (Filsafat PEP kelas A).
  • Selain dikirimkan melalui WA, mahasiswa wajib menyimpan tugas tersebut pada laptop masing-masing dan menggunggah pada web milik mahasiswa.
  • Keseluruhan tugas pada akhirnya akan menjadi sebuah portofolio mahaiswa yang terdokumentasi di WA, laptop pribadi mahasiswa, dan web mahasiswa.
  • Tugas untuk pertemuan pertama pada Kamis, 2 September 2021 adalah:
  1. Membuat biodata
  2. Membuat resensi perkuliahan pertama
  3. Membuat resensi perkuliahan Filsafat 1 yang dapat diakses pada Youtube dengan link: https://www.youtube.com/watch?v=8t3lalvQbiQ
  4. Kami mahasiswa disarankan untuk memutar video minimal 3x lalu mengungkapkan hasil pemahaman menggunakan bahasa sendiri.
  5. Tugas tidak wajib: membuat resensi video Ketoprak dengan judul Rembulan Kekalang yang dipentaskan pada Dies pada Dies Natalis UNY ke-54 pada tahun 2018.

  • Kami diberikan tugas untuk belajar filsafat melalui Facebook (FB). Di FB, Prof.Marsigit akan menyampaikan quotes dan kita dapat membacanya kemudian meresponnya dengan memberikan komentar atau menyukai quotes tersebut.

  • Sebagai mahasiswa S3, sudah seharusnya kita selalu berpikir (logos), tidak berhenti pada percaya terhadap mitos. Seperti anak kecil yang tidak berpikir lagi (antilogos), bertumbuh dan belajar dari mitos.
  • Berfilsafat merupakan wujud mengekspresikan berpikir, tapi dibatasi. Bata-batas itu yaitu spiritualitas, keilmuan, nporma-norma hingga norma dan aturan tingkat bawah dalam keluarga. Tidak semua hal dapat kita pikirkan. Pikiran mucul kalau bertanya. Sehingga pikiran adalah awal dari ilmu. Tapi ada hal yg tidak bisa ditanyakan.
  • Tata cara/adab orang berfilsafat. Yaitu:
  1. Berdasar, tertuju, dan dilingkupi spriritualitas
  2. Merubah paradigma
  3. Membangun pikiran (membangun hidup). Kebingungan yang dialami jangan sampai di bawa ke hati, hanya dipikiran saja. Perbedaan pendapat berpotesi menghasilkan kebencian, tapi tidak seharusnya demikian. Haruslah tetap saying dan saling asah asih asuh. Ilmu tertinggi: ilmu sopan satun dan adat. Namun ilmu tertinggi tersebut dapat dikalahkan oleh niat  dan bisa menjadi politik yang mengalahkan ilmu tertinggi tersebut.
  4. Komprehensif à filsafat tidak untuk memaksa/mempengaruhi orang

  •  Tantangan berfilsafat yaitu filsafat harus bisa dipahami dengan bahasa yang paling mudah oleh orang awam. Anak kecil tidak difilsafati, tapi ditindaklanjuti.
  • Tidak ada ilmu yang ditrasfer. Tidak ada kecerdasan itu karena orang lain, tapi diri sendiri yg mncerdaskan diri sendiri dan kuasa Tuhan.
  • Filsafata adalah oleh pikir. Meninggalkan mitos, mengedepankan logos. Anak kecil belajar pakai mitos. Mitos tidak selalu buruk. Seharusnya jangan sekali-kali mitos dibawa ke spiritualitas. Agama itu keyakinan.
  • Objek filsafat adalah segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada.
  • Objek filsafat yaitu: Objek material: substansi; Objek formal: bentuk
  • Alat dalam filsafat yaitu: bahasa analog (kesamaan 2 dunia).
  • Metode berfilsafat: intensif (sedalam-dalamnya) dan ekstensif (seluas-luasnya). Cerdas itu mendalam dan meluas. 

Refleksi diri:

Filsafat membiasakan saya untuk selalu berpikir. Walaupun saya dari sains yang arah pemikirannya mengerucut, tetapi harus memiliki ketajaman pikiran dan pandangan sehingga mampu untuk bertanya dan berpikir. Sebagai manusia dewasa, seharusnya saya tidak seperti anak kecil lagi yang antilogos, tidak berpikir namun hanya melakukan. Keterbukaan dalam berpikir akan membantu saya untuk semakin bertanya, mencari tahu, dan berpikir sehingga ilmu dan pengetahuan yang dimiliki dapat terus berkembang. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RESUME BUKU IMMANUEL KANT “The Critique of Pure Reason”

EVOLUSI SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA

FOSFORILASI TINGKAT SUBSTRAT