EVALUASI DAN PENILAIAN INOVATIF DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

 

TUGAS AKHIR FILSAFAT PENELITIAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN 1: PENGEMBANGAN EVALUASI UNTUK PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN

Oleh: Kintan Limiansi, S3 PEP Angkatan 2021/Kelas A

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Marsigit, M.A.


ABSTRAK

Revolusi Industri 4.0 membawa dampak pada penggunaan teknologi informasi dalam serangkaian kegiatan pembelajaran termasuk dalam penilaian dan evaluasi. Pembelajaran online menjadi salah satu bentuk implikasi teknologi tersebut. Penilaian berbasis komputer dan penilaian berbasis online juga menjadi dampak dalam hal penilaian pembelajaran. Penilaian berbasis komputer seperti CAT dan CBT, sedangkan penilaian berbasis online dapat didasarkan pada tes online menggunakan aplikasi seperti google form, Kahoot, dan Quizizz. Inovasi penilaian dalam pembelajaran biologi adalah dengan project based assessment. Penilaian ini dapat dilakukan pada jenjang perkuliahan atau SMA dengan materi-materi tertentu.

  PEMBAHASAN:

ü  REVOLUSI INDUSTRI 4.0 DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN DI INDONESIA

ü  IKLIM PEMBELAJARAN DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

ü  PENILAIAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN INOVATIF DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

ü  PENILAIAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN INOVATIF DI ERA MODERN UNTUK PEMBELAJARAN BIOLOGI

Revolusi industri 4.0 mengubah cara pandang kita terhadap pendidikan, termasuk di dalamnya kurikulum, strategi pembelajaran, bahkan hingga ke ranah penilaian dan evaluasi pendidikan. Secara satu persatu akan dikupas revolusi industry dalam implikasinya pada penilaian yang inovatif.

A.   Revolusi Industri 4.0 dan Implikasinya dalam Pendidikan di Indonesia

Revolusi Industri 4.0 merupakan tahap perkembangan industri yang mengedepan penggunaan teknologi komputerisasi dalam industry. Walaupun terjadi dalam dunia industry, revolusi industry ini berpengaruh ke dalam bidang pendidikan. Mengapa? Karena tujuan pendidikan adalah menciptakan individu terdidik dan terlatih yang siap kerja, jadi mau tidak mau melalui pendidikan lah disiapkan calon-calon pelaku industri. Ciri khas dari revolusi industry 4.0 adalah sebagai berikut:

1.    Internet of Things  (IoT), suatu sistem yang menggunakan perangkat komputer, mesin digital, dan mekanik menjadi satu kesatuan yang terhubung. Implikasinya dalam pembelajaran adalah pembelajaran berbasis komputer. Pembelajaran di kelas akan mengintegrasikan komputer dengan pendukung lainnya misalnya LCD proyektor, internet, bahkan perangkat lain yang lebih spesifik pada bidang tertentu seperti mikroskop, mesin jahit, alat pengukur DNA, rontgen, dan lainnya.

2.    Big data, menggambarkan volume data dalam jumlah yang besar. Implikasinya dalam pendidikan adalah pembelajaran yang berbasis pengolahan data bersama dengan satu link penyimpanan dapat diakses dan dikerjakan bersama. Sumber belajar dapat tersedia dan diakses secara online dalam jumlah yang tak terbatas. Sumber belajar tersebut dapat dikumpulkan pula dalam satu wadah dan diakses bersama kapanpun dan dimanapun.

3.    Augmanted Reality, teknologi menggabungkan benda maya dua dimensi dengan benda tiga dimensi dalam sebuah lingkungan nyata. Implikasinya dalam pendidikan yaitu berkembangnya media pembelajaran yang semakin menarik dan inovatif. Contohnya media tentang anatomi daun, mengkombinasikan antara anatomi daun secara virtual yang ditampilkan di alam tumbuhan secara nyata. Contoh lainnya adalah komponen-komponen sel yang abstrak dan tidak dapat dilihat dengan mata langsung dapat tergambarkan secara visual dengan AR. Media pembelajaran berbasis AR ini membantu siswa memahami hal-hal yang abstrak dengan mudah. Contoh media AR yang dikembangkan dalam bidang biologi dapat dilihat pada link berikut: https://www.youtube.com/watch?v=OwIlfxDyAaE

4.    Cyber security, merupakan upaya melindungi segala informasi yang dimiliki dari adanya penjahat online. Implikasinya dalam pendidikan yaitu pendidik dapat melakukan upaya pencegahan plagiasi dengan adanya plagiasi checker. Data pekerjaan siswa juga dapat terdokumentasi dan tersimpan dengan aman melalui sistem penyimpanan online seperti google drive, dropbox, atau one-cloud.

5.    Artificial Intelligence (AI), sebuah teknologi komputer yang memiliki kecerdasan layaknya manusia. Implikasinya dalam pendidikan adalah diterapkannya mesin atau robot untuk mengaggantikan manusia dalam melakukan studi yang berbahaya. Mislanya penyelaman bawah laut untuk memotret dunia bawah laut atau mesin yang tahan panas untuk memotret penyelidikan di tempat ekstrim seperti kawah gunung berapi atau daerah toksik tinggi. Ilmu dapat terus berkembang namun tidak membahayakan manusia.

6.    Additive Manufacturing, gambar dan desian digital semakin maju contohnya printer 3D. Implikasinya dalam pendidikan yaitu media cetak maupun non cetak semakin menarik, nyata dan menumbuhkan minat untuk belajar.

7.    Simulation, teknologi yang digunakan untuk pengujian serta pelatihan. Media dan praktikum di bidang pendidikan, khususnya biologi menjadi lebih mudah dan menarik. Misal software pembedahan anatomi hewan memudahkan peserta didik belajar membedah hewan dan mengidentifikasinya tanpa membunuh hewan secara langsung.

8.    Sistem integrase, yaitu beberapa sistem yang tergabung jadi satu. Dalam pendidikan diwujudkan dalam Learning Management System (LMS) yang menggabungkan antara instruksi guru, respon siswa, penilaian, penyampaian media pembelajaran dan sumber belajar secara integrative dalam satu wadah.

9.    Cloud computing, dimana internet menjadi pusat pengelolaan data dan aplikasi. Dalam pembelajaran kita dapat melakukan virtual meeting yang terekam dan dapat diputar ulang sewaktu-waktu merupakan salah satu implikasi dari cloud computing ini.

Revolusi Industri 4.0 membawa tantangan tersendiri bagi pendidik. Jika pembelajaran tidak dapat mengakomodasi tercapainya sikap dan keterampilan maka kedepannya akan banyak masalah yang timbul karena tenaga kerja manusia sudah digantikan oleh robot.

 

B.   Iklim Pembelajaran di Era Revolusi Industri 4.0

Abad 21 ditandai dengan era revolusi industry 4.0 dimana dibutuhkan sumber daya yang berkualitas. Oleh karenanya pembelajaran di Abad 21 perlu mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, keterampilan komunikasi dan keterampilan karakter yang baik. Pembelajaran harus memanfaatkan aktifitas yang mendukung tercapainya keterampilan-keterampilan tersebut. Dinding-dinding kelas tidak lagi membatasi ruang gerak dalam belajar. Siswa dapat mengeksplor bahan ajar dari sekitar mereka paupun secara online. Oleh karena itu pembelajaran di era abad 21 tak lepas dari pemanfaatan ICT.

Partner for 21 Century Learning (P21) mengembangkan kerangka capaian yang menuntut peserta didik memiliki keterampilan dan pengetahuan di bidang teknologi informasi, keterampilan pembelajaran dan inovasi serta keterampilan hidup. Tuntutan keterampilan tersebut harus didukung dengan lingkungan pembelajaran, tenaga pendidik professional, kurikulum dan instruksi serta penilaian yang tepat (Gambar 1.)

Pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran semakin gencar dengan adanya panemi Covid-19. Kondisi pandemic yang mengharuskan pembelajaran dari rumah “memaksa pendidik dan peserta didik” untuk adaptif. Siap tidak siap, pembelajaran harus bertransformasi dari moda luring ke daring (Limiansi, et al, 2020).

Pembelajaran dapat dikemas secara blended antar kegiatan sikronus dan asinkronus. Kegiatan sinkronus (langsung) dapat melalui video conference, live chat, forum diskusi, sedangkan kegiatan asinkronus (tidak langsung dalam satu waktu) dapat melalui e-mail, LMS, atau penugasan dengan platform lain. Asinkronus dapat dilakukan dalam bentuk online maupun offline. Kombinasi antara sinkronus online dengan asinkronus online disebut “Bichronous Online Learning” dengan skema berikut:

Gambar 2. Bichronous Online Learning (Sumber: Martin et al., 2020)

 Pembelajaran inovatif berbasis teknologi antara lain e-learning dan contextual teaching and leraning (CTL). E-learning merupakan pembelajaran berbasis web dengan kegiatan di dalamnya berupa sinkronus dan asinkronus. Pembelajaran ini bersifat fleksibel, lebih hemat biaya, siswa dapat belajar sesuai kemampuan dan kecepatan mereka, namun keterbatasannya adalah harus tersedia teknologi pendukung dan akses internet yang memadai, kurang interaksi langsung antara guru dan siswa, bahkan siswa yang tidak memiliki motivasi diri cenderung gagal. Model pembelajaran berbasis kontekstual (CTL) merupakan pembelajaran yang menggabungkan isi materi dengan pengalaman harian individu dalam keidupannya. Harapannya siswa dapat belajar secara konkrit karena tangan dan kepala mereka aktif dalam pembelajaran (hands on and minds on activity). Pembelajaran berbasis CTL ini mendukung siswa untuk saling bekerjasama, aktif, kolaboratif, berfikir kritis, menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, terintegrasi, memanfaatkan banyak sumber belajar, dan mendorong siswa untuk berkarya.

 

A.   Penilaian dan Evaluasi Pendidikan Inovatif di era Revolusi Industri 4.0

Pembelajaran yang memanfaatkan teknologi dalam mencapai keterampilan abad 21 harus diikuti dengan evaluasi pembelajaran yang baik. Evaluasi merupakan suatu proses untuk menyatakan suatu proses pembelajaran berhasil atau tidak. untuk dapat mengevaluasi dilakukan penilaian. Penilaian dapat dilakukan dengan pengukuran. Pengukuran prestasi belajar siswa dapat dilakukan dengan tes maupun non tes. Pengukuran yang baik adalah pengukuran dengan instrument yang valid dan reliabel serta menggunakan cara dan metode yang inovatif. Penilaian yang inovatif berkaitan dengan penilaian berbasis IT. Penilaian berbasis IT yang berkembang saat ini yaitu:

1.   Online test

Pembelajaran online tidak lepas dengan penilaian online. Beberapa platform online yang dapat digunakan dalam penilaian antara lain:

a. Google form

Google form merupakan form online yang awalnya diperuntukkan untuk kuisioner. Namun karena fiturnya yang lengkap maka dapat digunakan dalam penilaian. Soal dapat dikemas dalam bentuk pilihan ganda, mencocokkan, isian singkat, atau isian panjang (Gambar 3). Guru dapat mengatur kunci jawaban pada pilihan ganda dan jawaban singkat sehingga tidak perlu mengoreksi satu persatu karena hasil dapat langsung diunduh dalam bentuk Excel. 

Gambar 3. Tampilan Google Form (Sumber: K. Limiansi)

Google form ini menjadi platform yang paling diandalkan oleh guru selama pembelajaran online di masa pandemic ini. Walaupun fiturnya sederhana, guru dapat mengemas soal yang Higher Order Thinking dengan Google Form ini.

 

b.  Kahoot

Kombinasi music, visual yang menarik, serta timer yang mudah diatur membuat Kahoot menjadi salah satu aplikasi berbasis web yang banyak digunakan pendidik (Gambar 3). Kahoot dapat membangkitkan motivasi dan ketertarikan siswa dalam belajar. Dengan direct assessment seperti pada penerapan Kahoot, akan meminimalkan kecurangan dalam siswa menjawab soal karena siswa terpacu waktu, tidak sempat untuk berdiskusi atau mencari jawaban di internet. Dengan kahoot guru juga dapat langsung mengetahui skor siswa dan siswa yang memiliki skor teringgi dan terendah. Siswa pun juga demikian, mereka akan tahu posisi mereka di kelas sehingga termotivasi untuk belajar sehingga sukses saat mengerjakan tes dengan kahoot. 

Gambar 4. Tampilan Kahoot (Sumber: https://kahoot.com/)


c. Quiziz

Mirip dengan Kahoot, Quiziz juga aplikasi online yang dapat digunakan untuk menyelenggarakan tes secara serentak dengan pengaturan waktu dan jenis soal (Gambar 4). Pada prinsipnya aplikasi ini adalah penilaian berbasis game. Saat menggunakan form ini peserta harus memasukkan nama sehingga yang satu orang tidak dapat mengerjakan 2x. hal ini mengurangi kecurangan siswa yang berniat mengulangi pekerjaan jika hasilnya kurang bagus.

Gambar 5. Tampilan Quizizz (Sumber: https://quizizz.com/)

2.  CAT (Computer Assited Test)

Merupakan tes yang dikemas dengan bantuan komputer, pelaksanaannnya pun juga menggunakan komputer. Dalam CAT dapat disediakan bank soal yang terdiri atas beberapa paket soal yang setara untuk tiap paketnya. CAT ini menjadi teknik yang saat ini digunakan untuk tes skala besar, misalnya tes masuk perguruan tinggi, Ujian Nasional, dan tes seleksi CPNS. Dalam pengembangannya, perlu keahlian dibidang programing sehingga soal-soal yang sudah ada dapat diinputkan di komputer dan dapat diakses oleh peserta tes.

 

Bapaimana penilaian yang seharusnya dilakukan di Era Revolusi Industri 4.0?

Prinsip penilaian yang baik adalah penilaian yang sesuai dengan apa yang dikerjakan dan dipelajari siswa. Oleh karena itu dapat dilakukan assessment authentic. Assessesmen authentic, penilaian hasil belajar yang mendorong siswa untuk menampilkan hasil belajar berupa kemampuan dalam kehidupan nyata. Assessment authentik sering disebut assessment kinerja. Contoh assessment authentic yaitu portofolio, penilaian proyek, demonstrasi, atau pertunjukan, interview, penilaian kinerja kelompok, penilaian kinerja individu, observasi, dan tes terbuka.

1.   Penilaian portofolio

Prortofolio merupakan kumpulan karya peserta didik yang disusun secara sistematik sehingga membuktikan upaya, hasil, dan proses belajar. Untuk penilaian dengan portofolio ini, seorang guru harus memperhatikan hal berikut:

  • Kriteria penilaian protofolio harus jelas
  • Hasil belajar dapat berupa dokumentasi dari siswa maupun guru
  • Bersumber dari beberapa informasi, seperti skor tes, tugas-tugas, setiap karya yang dibuat siswa
  • Bentuk portofolio setiap pelajaran dapat berbeda sesuai dengan kebutuhan penilaian
  • Terbuka bagi orang/pihak lain yang berkepentingan meilahat karya tersebut

Penilaian protofolio ini memegang 3 prinsip bagi siswa, yaitu koleksi (kumpulkan), seleksi (pilih mana yang sesuai/tepat dimunculkan), dan refleksi (sebagai refleksi bagi siswa sudah sejauh mana capaian pembelajarannya saat ini).


2.   Project based assessment

Project based learning merupakan penilaian tugas yang didalamnya terdapat proses investigasi. Tugas proyek dapat diberikan secara kelompok atau individu. Pada kurikulum 2013, penilaian berbasis proyek menjadi salah satu jenis penilaian yang direkomendasikan selain penilaian kinerja dan penilaian produk (Ansori, 2017). Penilaian kinerja bertujuan untuk menilai kemampuan siswa dalam melakukan sesuatu. Sedangkan penilaian produk menilai kemampuan seseorang dalam menghasilkan produk, teknologi atau karya seni. Agar dapat menghasilkan penilaian yang baik, proyek harus jelas, petunjuk atau instruksi yang harus dilakukan siswa jelas, dan dilengkapi dengan pedoman penilaian. Dalam melakukan penilaian proyek, guru harus mempertimbangkan 4 hal berikut:

  • Pengelolaan, kemampuan siswa dalam memilih topik, mencari informasi, time management dalam mengumpulkan data maupun meyusun laporan.
  • Kesesuaian proyek dengan kompetensi dasar.
  • Asli karya siswa sendiri.
  • Hasil kreativitas dan inovasi siswa

 

3.    Problem based assessment dan case-based assessment

Team based project dan case base method merupakan strategi pembelajaran yang disarankan oleh pemerintah pada kebijakan Merdeka Belajar saat ini. Penilaian bertujuan untuk menilai keterampilan kerjasama, komunikasi, tanggung jawab, dan keterampilan memecahkan masalah. Kriteria penilaian sebaiknya dikomunikasikan dengan siswa terlebih dahulu. Guru berperan menjadi fasilitator dalam pengembangan kognitif dan metakognitif.

 

A.   Penilaian dan Evaluasi Pendidikan Inovatif di Era Modern untuk Pembelajaran Biologi

Pembelajaran Biologi adalah pembelajaran yang berkaitan dengan makhluk hidup dan lingkungannya yang merupakan struktur fungsi penyusun alam. Banyak objek-objek biologi yang dapat ditemukan di lingkungan sekitar. Oleh karena itu pembelajaran dapat dikemas dengan memanfaatkan sumber belajar di sekitar siswa. Penilaian yang paling tepat dilakukan untuk pembelajaran biologi antara lain:

 

1.   Penilaian Inovatif di SMA

Peserta didik diberi kesempatan mengeksplor dan menginvestigasi lingkungan sekitar untuk belajar dengan assessment based on project. Project ini dapat dilakukan berkelompok atau mandiri. Kurikulum di sekolah mendukung diterapkannya pembelajaran dan penilaian berbasis proyek ini karena kompetensi inti yang ditargetkan dapat tercapai tidak hanya aspek pengetahuan (KD 3) namun juga kompetensi inti sikap spiritual (KI 1), kompetensi inti sikap sosial (KI 2), dan kompetensi inti keterampilan (KI 4). KI 4 ini menuntut siswa untuk menyajikan laporan, menyajikan hasil analisis, menyusun laporan, sehingga sangat jelas KI 4 ini dapat terlaksana dengan pembelajaran berbasis proyek. Di SMA, materi-materi pembelajaran biologi yang cocok untuk diterapkan pembelajaran dan penilaian berbasis proyek dan didekati dengan masalah yang kontekstual antara lain:

Kelas

Materi

X

Investigasi untuk mengidentifikasi persebaran dan keanekaragaman jamur makro di lingkungan tempat tinggal.

X

Menyelidiki macam-macam Protista yang hidup pada ekosistem tertentu.

XI

Menginvestigasi penyakit pernapasan pada masyarakat di daerah industry atau perkotaan.

XII

Menginvestigasi pengaruh cahaya (intensitas cahaya) terhadap pertumbuhan tanaman.

 

2.   Pembelajaran di Perguruan Tinggi

Untuk penilaian pembelajaran yang kontekstual, penulis pernah menerapkan group project-based assessment. Mahasiswa diminta untuk menyusun rencana proyek kelompok dengan tema yang sudah ditentukan bersama. Proyek tersebut dapat berupa investigasi bersama atau investigasi mandiri. Contoh yang pernah dilakukan adalah identifikasi keanekaragaman dan persebaran tanaman obat di lingkungan sekitar. Selanjutnya hasil identifikasi disusun dalam katalog (cetak dan digital) yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Katalog tersebut didaftarkan ISBN sehingga dapat terbit dan beredar luas untuk masyarakat. Selain disusun dalam bentuk media digital, kelas juga melakukan diseminasi hasil proyek kelas dalam bentuk webinar. Webinar dikoordinasi bersama oleh kelas dengan agenda pemaparan hasil penelitian. Peserta seminar adalah umum sehingga mahasiswa belajar untuk berkomunikasi menyampaikan gagasan dan pikiran.

Bentuk penilaian berikutnya adalah penilaian kinerja. Penilaian kinerja ini dilakukan selama proses pembelajaran melalui penilaian antar teman, penilaian performa saat praktikum, dan penilaian laporan yang menggambarkan proses praktikum serta hasilnya.

Selama pandemic, banyak kegiatan praktikum yang dialihkan dari kerja laboratorium menjadi pembelajaran berbasis demonstrasi dan kajian jurnal. Kajian jurnal menugembangkan keterampilan mahasiswa untuk berpikir kritis dan analitis. Kajian jurnal disajikan dalam bentuk laporan dengan membandingkan satu penelitian dengan penelitian lain dan menemukan hal menarik di dalamnya.

 Kesimpulan

Penilaian dan evaluasi pembelajaran berkembang seiring perkembangan teknologi. Berbagai macam cara dan metode dapat dilakukan. Pendidik harus mau belajar dan mengikuti perkembangan jaman untuk dapat melaksanakan penilaian dan evaluasi yang inovatif.

 

Referensi:

Alabbasi, A.M.A. & Runco, M.A. 2018. Who funds the future? Federal funding support for 21st century learning research. International Center for Students in Creativity, Vol 4, pp: 1-7.

Ansori, A.Z. 2017. Teknik Penilaian Proyek dalam Pembelajaran Biologi di Madrasah Aliyah. Jurnal Diklat Keagamaan, 11 (1).

Limiansi, K., Pratama A.T, & Anazifa, R.C. (2020). Transformation in Biology Learning during the Covid-19 Pandemic: From Offline to Online. Scientiae Educatia: Jurnal Pendidikan Sains. 9(2): 189-202 DOI: http://dx.doi.org/10.24235/sc.educatia.v9i2.7381

Murphy, E., Rodríguez-Manzanares, M. A., & Barbour, M. (2011). Asynchronous and synchronous online teaching: Perspectives of Canadian high school distance education teachers. British Journal of Educational Technology, 42(4), 583–591.

Sumber online:

1.    https://www.youtube.com/watch?v=OwIlfxDyAaE

2.    https://kahoot.com/

3.    https://quizizz.com/

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RESUME BUKU IMMANUEL KANT “The Critique of Pure Reason”

EVOLUSI SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA

FOSFORILASI TINGKAT SUBSTRAT